Selasa, 06 November 2012

materi sistem informasi spasial (indraja 2)


Citra dan Klasifikasi Citra
Citra satelit adalah citra yang dihasilkan dari pemotretan menggunakan wahana satelit. Saat ini banyak sekali satelit mengorbit di luar angkasa dengan fungsinya yang beragam misalnya satelit militer, atelit komunikasi, satelit inderaja antar planet dan satelit inderaja sumber daya bumi. Oleh karena itu perkembangan teknik inderaja sistem satelit lebih maju ketimbang sistem airborne (foto udara). Citra yang dihasilkan oleh satelit saat merekam satu luasan (resolusi spatial) merupakan hasil gabungan dari lebih dari 1 scenehasil perekaman band (dengan panjang elombang tertentu).
citra (data) digital adalah suatu dua dimensi atau matriks yang elem-elemnnya menyatakan tingkat keabuan dan elemn gambar. Elemen gambar ini disebut pixel. Etiap pixel berada pada suatu koordinat ruang (XY), yang disebut juga baris dan kolom. Dalam suatu citra perpotongan sumbu X dan Y di pojok/sudut kiri ata merupakan titik (0,0) yang disebut sebagai baris 1 dan kolom 1.
Citra digital diperoleh, disimpan dan dimanipulasi berbasisi logika biner (Danoedoro, 1996 dalam Susilo dan Gaol, 2008). Ada beberapa teknik untuk mendapatkan citra digital, misalnya dengan menyimpan suatu gambar dengan alat scanner, sensor, kamera digital, dll. Citra digital yang diperoleh dari pendeteksian, perekaman atau penyiaman suatu objek hasilnya dapat disimpan pada pita magnetik.
Citra merupakan masukan data atau hasil observasi dalam proses penginderaanjauh.Penginderaan Jauh atau Remote Sensing didefinisikan sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontaklangsung dengan objek, daerah atau fenomena tersebut.
Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau/sensor, baik optik, elektrooptik, optik-mekanik maupun elektromekanik. Citra memerlukan proses interpretasi atau penafsiran terlebih dahulu dalam pemanfaatannya.

Klasifikasi Citra Satelit
Dalam pengolahan data citra yang tujuanya untuk di jadikan data primer sebuah pemetaan atau penelitian. Daerah yang terdapat pada peta harusterlebih dahulu di ketahui wilayah nya apakahwilayah tersebut merupakan daerah pemukiman, perkebunan atau daerah pantai. Untuk itu perlulakukannya klasifikasi objek untuk menentukan kelas objek tersebut.
Ada beberapa pengolahan citra, dimanacitra yang diolah merupakan daerah yang belum diketahui bentuk wilayahnya sehingga perludilakukan pengolaha citra lebih lanjut untuk klasifikasi citra. Klasifikasi ini bias menggunakan metode klasifikasi supervised danklasifikasi unsupervised.
Adapun untuk memperoleh data pemetaan secara matang ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk dapat memperoleh data matang tersebut, dalam hal ini adalah data yang digunakan adalah data citra, dan salah satu tujuan dari pengolahan data tersebut adalah untuk mengetahui luas dari suatu kelas objek yang terdapat pada citra.
Karena dalam pengolahan citra, citra yang digunakan merupakan citra yang tidaksepenuhnya diketahui bagaimana bentuknya dan apa – apa saja yang terdapat diatasnya sebagai penutup lahan. Maka dapat digunakan klasifikasi dengan metode unsupervised.
 Data penginderaan jauh pada umumnya berbentuk data digital yang merekam unit terkecil dari permukaan bumi dalam sistim perekam data. Unit terkecil ini dikenal dangan nama pixel (picture element) yang berupakoordinat 3 dimensi (x,y,z). Koordinatx ,ymenunjukkan lokasi unit tersebut dalam koordinat geografi x, y dan z menunjukkan nilai intensitas pantul dari tiap pixel dalam tiap selang panjang gelombang yang dipakai. Nilai intensitas pantul dibagi menjadi 256 tingkat berkisar antara 0 – 255 dimana 0 merupakan intensitas terrendah (hitam) dan 255 intensitas tertinggi (putih). Dengan data citraasli (raw data) tidak lain adalah kumpulan dari sejumlah pixel yang bernilai antara 0 -255.
Dalam klasifikasi citraa da dua metode yang dapat digunakan, yaitu      :
   a. Supervised classification
   b. Unsupervised classification
Metode supervised merupakan metode dimana citra yang digunakan memiliki cakupan wilayah yang telah diketahui bentuk tutupan lahannya. Sedangkan metode unsupervised merupakan metode klasifikasi citra yang belum jelas bentuk tutupan lahanya.
Tahapan dari pekerjaan klasifikasi ini adalah :


Saat ini banyak sekali satelit penginderaan jauh yang beredar, masing-masing jenis satelit seperti landsat (1-7), NOAA, baskara, SPOT, Envisat, Ikonos, Quickbird, dan lain-lain mempunyai karakteristik dan tujuan masing-masing.
             Citra merupakan alat utama untuk mengenali dan memahami berbagai kenampakan objek di berbagai permukaan bumi melalui penginderaan jauh. Berdasarkan Misinya Setelit Penginderaan Jauh dikelompokan menjadi dua macam yaitu satelit cuaca dan satelit sumberdaya alam.
Resolusi citra
Dikelompokkan pada citra bersolusi menengah. Sedangkan citra-citra dari satelit NOAAAVHRR, Terra MODIS dan Aqua MODIS dikelompokkan ke citra beresolusi rendah.Untuk kepentinganpemetaan baik itu untuk tata ruang wilayah maupun yang lainnya, pemilihan data citra yang tepatsangatlah penting. Misalnya untuk perencanaan tata ruang kota, citra satelit apa yang diperlukan?Atau jika kita sudah melakukan analisis citra Landsat TM sehingga menghasilkan data TutupanLahan, maka berapa skala optimum jika ingin dicetak ?Memilih citra yang tepat bukan cuma didasari oleh budget. Karena keterbatasan dana makacitra yang dibeli seadanya saja atau sebaliknya, memiliki dana tak terbatas maka citra yang dibeliterlalu berlebih (mis: WorldView-2) padahal hanya untuk klasifikasi tutupan pada skala wilayahyang cukup luas (kabupaten ± propinsi). Hal ini justru bisa memperumit pekerjaan. Sekedar mengingat saja, bahwa klasifikasi penggunaan lahan pada citra bersolusi tinggi (WorldView-2,QuickBird, Ikonos) lebih susah dibanding citra yang mempunya resolusi spasial rendah maupunmenengah (Landsat, ASTER, dll). Karena variasi spasial pada citra beresolusi tinggi lebih tinggidibanding yang beresolusi menengah maupun rendah, terlebih untuk wilayah-wilayah perkotaan.Jika hanya menggunakan metode klasifikasi standar seperti Maximum Likehood hasilnyatidaklah begitu menggembirakan.Karenanya memilih citra yang sepadan untuk pemetaan adalah hal penting. Untuk memilih citrayang sepadan untuk pemetaan yang optimum ada rumusan matematisnya. Rumusan inidicetuskan oleh Wado R. Tobler pada tahun 1987. Mr. Tobler adalah seorang profesor emiritusbidang geografi dari universitas California-Santa Barbara, Amerika. Dia banyak menemukanperhitungan proyeksi peta dan dikenal sebagai µpembuat peta¶. Menurutnya seorang kartograf (ahli perpetaan) selalu ingin memasukkan µobjek¶ sekecil apapun dalam peta, karena setiapinformasi sekecil apapun pada dasarnya penting. Namun karena keterbatasan penyajian(tergantung besarnya skala yang menjadi target), maka tidak smua objek bisa tampak dalam peta,objek yang terlalu kecil dengan sendirinya akan hilang atau justru perlu dihilangkan agar petayang ditampilkan nanti nampak lebih apik.


















TUGAS
SISTEM INFORMASI SPASIAL ( INDRAJA DUA )


LOGO UNTAD.png
Oleh :
MOH. IMAM SAFI’I                                                                                                       131 10 117
 

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012

 

0 tinggalkan jejak anda, dengan menanggapi postingan:

Posting Komentar

sehabis membaca, tinggalkan pesan anda ya.. sehingga saya bisa tau respon dari orang-orang yang mampir diblog saya.. ok???